Di era modern microservices dan sistem terdistribusi, kecepatan, efisiensi, dan interoperabilitas bukan lagi fitur tambahan—melainkan kebutuhan utama. Salah satu teknologi yang menjawab tantangan ini dengan sangat baik adalah gRPC.
gRPC bukan sekadar pengganti REST. Ia hadir sebagai evolusi dari kebutuhan komunikasi antarlayanan yang lebih cepat, lebih ringan, dan lebih mudah di-maintain. Jika kamu adalah seorang software engineer yang membangun sistem berbasis microservices, atau sedang menyiapkan API performa tinggi untuk produkmu, memahami gRPC bisa menjadi investasi teknikal yang sangat berharga.
gRPC Singkatnya
gRPC (gRPC Remote Procedure Call) adalah framework open-source dari Google yang memudahkan komunikasi antara aplikasi. Framework ini menggunakan HTTP/2 sebagai protokol transport dan Protocol Buffers (Protobuf) sebagai format serialisasi data.
Tidak seperti REST yang berbasis resource, gRPC berbasis method—mirip seperti memanggil fungsi di dalam aplikasi lokal, tetapi dilakukan secara remote. Inilah mengapa kita menyebutnya Remote Procedure Call (RPC).
Diagram Arsitektur gRPC
Berikut adalah diagram arsitektur komunikasi client-server menggunakan gRPC:
Sumber: grpc.io
Diagram ini menggambarkan bagaimana:
- Client memanggil fungsi di server seperti fungsi lokal.
- Proses marshaling dan unmarshaling dilakukan oleh Protobuf.
- Komunikasi antar layanan berlangsung menggunakan HTTP/2.
Apa yang Membuat gRPC Menarik?
Ada beberapa alasan kuat mengapa gRPC semakin populer dan perlu dipelajari oleh para developer modern:
1. Kinerja Tinggi dengan Protobuf
Alih-alih JSON atau XML, gRPC menggunakan Protobuf yang merupakan format biner, jauh lebih ringan dan cepat. Serialisasi dan deserialisasi menjadi sangat efisien, terutama untuk komunikasi antarmicroservices yang memerlukan latency rendah dan throughput tinggi.
2. HTTP/2 by Default
gRPC secara default menggunakan HTTP/2 yang mendukung multiplexing (beberapa request dalam satu koneksi), streaming dua arah, dan penghematan bandwidth melalui header compression. Ini adalah keuntungan besar dibanding HTTP/1.1 yang digunakan di sebagian besar layanan REST tradisional.
3. Cross-Language & Interoperable
gRPC mendukung banyak bahasa pemrograman secara native: Go, Java, Python, C#, Node.js, Ruby, dan lainnya. Kamu bisa menulis server di Go dan client-nya di Python atau bahkan Swift—dan semua bisa berkomunikasi dengan lancar menggunakan file .proto
yang sama.
4. Built-in Code Generation
gRPC otomatis menghasilkan kode client dan server dari file .proto
. Ini memastikan bahwa kontrak antar layanan selalu konsisten dan mengurangi boilerplate code secara signifikan.
5. Dukungan untuk Streaming
gRPC mendukung 4 jenis komunikasi: unary, server streaming, client streaming, dan bidirectional streaming. Artinya, kita bisa membangun layanan real-time seperti chat, notifikasi, atau streaming data dengan jauh lebih sederhana.
6. Keamanan dan Observability
gRPC mendukung TLS secara native dan bisa dengan mudah diintegrasikan dengan sistem observability modern seperti Prometheus, OpenTelemetry, dan Jaeger untuk tracing dan monitoring.
Contoh Awal File .proto
Untuk memulai sebuah layanan gRPC, kita perlu membuat file .proto
sebagai kontrak komunikasi.
Berikut contoh sederhana:
syntax = "proto3";
package helloworld;
// Interface service
service Greeter {
rpc SayHello (HelloRequest) returns (HelloReply);
}
// Request message
message HelloRequest {
string name = 1;
}
// Response message
message HelloReply {
string message = 1;
}
Studi Kasus Penggunaan gRPC
Beberapa perusahaan besar telah mengadopsi gRPC di production:
- Netflix menggunakan gRPC untuk komunikasi antara layanan-layanan backend-nya yang besar dan kompleks.
- Square dan CockroachDB menggunakan gRPC untuk komunikasi antar node dengan performa tinggi.
- Kubernetes bahkan menggunakan gRPC untuk API internal-nya, mengingat efisiensinya yang sangat tinggi.
gRPC vs REST: Mana yang Lebih Baik?
Pertanyaan ini sering muncul. Jawabannya: tergantung konteks.
- REST masih menjadi pilihan utama untuk API publik yang dikonsumsi oleh browser atau client sederhana karena sifatnya yang universal.
- Namun, jika kamu membangun sistem antar backend, terutama dalam microservices, gRPC memberikan keunggulan performa dan efisiensi yang tidak tertandingi.
Mengapa Kamu Perlu Belajar gRPC?
Sebagai seorang software engineer, memahami gRPC bukan hanya soal mempelajari framework baru. Ini tentang mempersiapkan diri untuk membangun sistem yang scalable, resilient, dan efisien.
Dengan tren adopsi microservices dan cloud-native architecture, gRPC menjadi fondasi yang semakin relevan di berbagai perusahaan teknologi, dari startup kecil hingga raksasa seperti Google dan Dropbox.
Jika kamu ingin:
- Mengoptimalkan performa komunikasi antar layanan
- Menulis API yang konsisten dan mudah di-maintain
- Membangun sistem real-time berbasis streaming
- Berkolaborasi lintas tim dan lintas bahasa pemrograman
Maka gRPC adalah teknologi yang wajib kamu kuasai.
Kesimpulan
gRPC adalah teknologi RPC modern yang cocok untuk era distributed systems. Dengan performa tinggi, dukungan lintas bahasa, dan kemampuan auto-generation kode, gRPC memberikan pengalaman pengembangan API yang elegan dan scalable.
Di artikel selanjutnya, kita akan membahas bagaimana cara menginstal gRPC di lingkungan Go, serta membuat proyek gRPC pertamamu. Stay tuned!
Artikel Terhangat
Struktur Proyek gRPC Sederhana di Go
06 Jun 2025
Instalasi gRPC di Go Langkah demi Langkah
06 Jun 2025
Perbandingan gRPC dengan REST dan GraphQL
06 Jun 2025
Apa itu gRPC dan Mengapa Perlu Dipelajari?
06 Jun 2025

Struktur Proyek gRPC Sederhana di Go

Instalasi gRPC di Go Langkah demi Langkah

Perbandingan gRPC dengan REST dan GraphQL
